Koneksi Antarmateri Modul 2.3

 Artikel

Wujudkan Merdeka Belajar Melalui Coach

Oleh: Sri Hardiyati Wahyurini

CGP 4_SMPN 12 Semarang

   Coaching adalah kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee. Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant: 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Tujuan pendidikan menurut KHD yaitu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat alam (kodrat anak) sehingga dapat memperbaiki perilakunya. Proses pembelajaran diferensiasi memberikan keleluasaan kepada murid, sehingga proses pembelajaran berpihak kepada murid. Dengan kata lain, guru dapat menyediakan berbagai cara yang masuk akal guna mengakomodasi setiap kebutuhan belajar murid sesuai dengan keunikan masing-masing.

Peran seorang pendidik (coach) adalah menuntun segala kekuatan murid (kodrat alam/potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Coaching dapat menjadi salah satu proses menuntun kemerdekaan murid dalam pembelajaran di sekolah. Murid dapat menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi potensi diri guna mencapai tujuan belajar.

Dalam pendekatan coaching, seorang guru harus bisa menjadi coach bagi coachee baik itu muridnya maupun rekan sejawat untuk membantu menggali ide baru, memaksimalkan potensi diri mereka (coachee) dalam proses menuju tujuan yang ingin diraihnya. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki 4 kompetensi atau keterampilan dasar sebagai seorang coach. Adapun 4 kompetensi dasar tersebut adalah: (1) membangun dasar proses coaching, (2) membangun hubungan baik, (3) berkomunikasi, dan (4) memfasilitasi pembelajaran.

Guru dalam proses pembelajaran menggunakan prinsip coaching sebagai coach, mentor, dan konselor. Guru hendaknya memahami dirinya ada pada posisi coaching, mentoring, dan konseling. Adapun perbedaan ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut.

Ø Coaching: menuntun coachee menemukan ide baru atau cara untuk menghadapi tantangan yang dihadapi, atau mencapai tujuan yang dikehendaki.

Ø Mentoring: membagikan pengalaman untuk membantu mentee mengembangkan diri.

Ø Konseling: membantu konseli memecahkan masalahnya.

Guru dalam proses pembelajaran menggunakan prinsip coaching sebagai konselor, mentor, atau coach. Murid diberikan kebebasan dan guru sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan

Guru sebagai pamong dalam memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan kebebasan. Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membuat murid lebih berpikir kritis terhadap apa yang dihadapi sehingga  murid dapat menemukan potensi dirinya dan mampu mengembangkannya.

 

Model TIRTA

Dalam menerapkan coaching, salah satu model yang digunakan adalah model TIRTA. Model ini dapat membimbing guru untuk memiliki keterampilan coaching. Model TIRTA diuraikan sebagai berikut.

1)  Tujuan Umum

Seorang coach menanyakan pada coachee tentang tujuan yang ingin diraihnya.

2) Identifikasi

Coach menuntun coachee mengidentifikasi kekuatan, hambatan, dan solusi untuk mencapai tujuan.

3) Rencana aksi

Coach menuntun coachee agar dapat menyusun rencana, strategi, dan ukuran keberhasilan.

4) Tanggung jawab

Coach menuntun coachee menentukan komitmen, menjaga komitmen aksi nyatanya, dan tindak lanjut dari coaching ini.

Harapannya proses coaching menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.

 

Koneksi Antarmateri Modul 2.3

dalam Sebuah Artikel

 

Semarang, 5 April 2022

Comments

Popular posts from this blog

Artikel Refleksi Modul 1

Koneksi Antar Materi Modul 3.1