Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Koneksi Antarmateri Modul 3.1
Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Oleh: Sri Hardiyati Wahyurini, S. Pd.
SMP Negeri 12 Semarang
CGP Angkatan 4
Rangkuman koneksi antarmateri modul 3.1
1.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan
filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Ki Hajar Dewantara memiliki filosofi Pratap
Triloka atau tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
dan Tut wuri handayani. Ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang
besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ki Hajar Dewantara
berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan teladan atau
contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang
guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap
Triloka Ing madya mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk
dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara
mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan.
Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Harapannya guru mampu mengambil keputusan
terkait aktivitas pembelajaran di kelas maupun aktivitas sekolah yang bisa
menumbuhkan kemampuan siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan
belajar siswa.
2.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Dalam
pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita. Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil di permukaan
air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Maka
penting bagi kita untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri yang nantinya dapat
menjiwai setiap keputusan yang kita ambil.
3.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan
pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu
oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul
2 sebelumnya.
Coaching merupakan
keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya
terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain.
Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang
sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep
coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah
konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan
yang kita ambil. Praktik
baiknya, proses pembimbingan yang dilakukan oleh pendamping praktik maupun
fasilitator kelompok saya sangat membantu dalam kegiatan praktik evaluasi
keputusan yang saya ambil.
4.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Guru adalah pendidik, pembimbing, dan
fasilitator dalam pembelajaran para muridnya. Oleh karena itu, guru hendaknya bisa
menjembatani perbedaan profil, minat dan gaya belajar murid di kelasnya
masing-masing. Sehingga para murid merasa nyaman dalam proses pembelajaran
karena terakomodasi kebutuhan belajarnya oleh guru. Keputusan yang diambil guru
sebaiknya penuh dengan kebijaksanaan dan pemikiran matang agar murid tumbuh
merdeka dalam belajar dan tumbuhnya potensi diri yang nanti berpengaruh pada
kehidupan di masa datang.
5.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik?
Pembahasan studi
kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika memerlukan kesadaran diri dan
keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat
menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan
terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk
bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan
permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan
moral sebagai guru hendaknya tegas dan kembali pada nilai-nilai kebenaran.
6.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman?
Pengambilan
keputusan yang tepat, tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman. Itulah kondisi yang kita harapkan. Oleh
karena itu, untuk melakukan suatu perubahan, perlu adaya sebuah pendekatan yang
sistematis. Kita bisa menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA untuk
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
7.
Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang
sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Dalam kasus
dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan
secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan
suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang
sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based
thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari
keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based
thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking).
8.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita?
Tujuan akhir
dari pembelajaran yang kita lakukan adalah merdeka belajar. Merdeka belajar
berarti murid bebas untuk mencapai kodrat alamnya yaitu mengembangkan
potensinya tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Murid juga dapat mencapai
kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dia miliki. Oleh karena itu, keputusan
yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan dan potensi yang dimiliki murid.
9.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Guru adalah
pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang
menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga
dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggung jawab untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai
benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru dapat
berpengaruh pada masa depan murid.
10.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik
dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Simpulan keterkaitan
dari pembelajaran modul ini dengan modul-modul sebelumnya adalah: 1) Pengambilan
keputusan merupakan suatu kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki guru
dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkait dengan
peran guru sebagai pemimpin pembelajaran. 2) Pengambilan keputusan harus
berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang mengantarkan
pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
3) Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk mengantarkan
muridnya menuju profil pelajar pancasila. 4) Dalam perjalanannya menuju profil
pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga
diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Lugas dan komplit bu....semangat dan lanjutkan
ReplyDelete